Catatan perjalanan : Roadtrip Nekat ke Bromo
Pada suatu hari yang cerah, saat saya sedang asik-asiknya mengerjakan proyek akhir, tiba-tiba datang seorang ‘iblis’ yang berkata, “wir ke bromo yuk”. Saya shock. “Muke gile lu, gue lagi ngerjain PA gini lu mau ajak ke bromo, udah mepet nih” gw mencoba menolak. Tetapi memang sang iblis punya naluri setan penggoda yang sangat kuat, “Udeh PA lu cuma gitu doank seminggu juga kelar, ntar gue bantuin dah”. Saya berfikir sejenak, lalu akhirnya iblis pun tersenyum penuh kemenangan.
Akhirnya dengan tanpa merasa bersalah sedikit pun, saya berangkat dari Bandung. Perjalanan ini saya menggunakan mobil pribadi punya supir temen saya si fajri yang sepertinya berbakat jadi supir bis AKAP. Ya, karena sepanjang perjalanan dia bener-bener gak ngapa-ngapain selain ngeliatin jalanan. Saya jadi curiga jangan-jangan dia makannya aspal.
Yang ikut perjalanan kali ini adalah gue si tukang poto, fajri sebagai driver, Agus si co-driver yang molor terus, Chilmy yang gak jelas , dan si Forny yang bisa bikin rekor ngalahin beruang kutub lagi hibernasi! Bayangin aja baru sampe nagreg udah muntah-muntah tuh bocah dan akhirnya pindah ke belakang, terus tidur. Baru bangun pas udah sampe di Bromo. :hammer:
Perjalanan melewati jalur selatan yang artinya sama kayak naik halilintar di dufan. Bikin mabok. Dan demi ‘menghemat’ sedikit pengeluaran, kami transit di rumah teman kami sepanjang jalan. Ya, seperti diketahui bahwa anak-anak it telkom kebanyakan dari daerah jawa tengah dan timur. Dan yang tidak beruntung harus terpaksa menerima kami kali ini adalah si damay di Klaten hahaha. Foto dibawah ini bareng keluarga damay :lol: Anyway, makasih buat damay dan keluarganya yang udah minjemin tempat buat tidur dan nraktir makan. Tenang aja nanti kita kasih oleh-oleh pasir bromo ya!
Perjalanan pun dilanjutkan esok paginya. Kemudian si agus co-driver mulai melancarkan aksi-aksi iblisnya. Dia membuka peta, lalu menemukan dua buah jalan yang diapit dua buah segitiga. Entah apakah dia memang terobsesi dengan dua buah gunung itu, atau gunung yang lain saya juga tidak tahu. “Eh, kalo lewat sini pemandangannya pasti keren”, kata si agus. Fajri pun bimbang. Dan akhirnya sang supir juga termakan omongan si Agus. Lagi-lagi dia tersenyum culas penuh kemenangan.
Akhirnya kami pun terperangkap di jalur diantara gunung arjuna dan gunung lawu. Jam 12 siang tapi kondisinya berkabut parah dan akhirnya kita membuang waktu lumayan banyak disini karena harus berjalan pelan-pelan. Jarak pandang hanya sekitar 5 meter.
Dan setelah naik-turun gunung, melewati lembah, menyusuri sungai (lebay deh), akhirnya kita tiba di kota si chilmy yang ngakunya orang malang tapi kagak tau jalan -_-”. Akhirnya disepakati kita akan istirahat di rumah chilmy dan akan ke bromo jam 12 malam. Oh iya, pas di madiun kita menemukan plang ini. Ada yang tahu artinya?
Setelah istirahat di rumah chilmy yang katanya “dekat malang” tetapi ternyata “30 km dari malang” kita langsung menuju bromo. Nah karena kita dari arah selatan, menuju probolinggo alias pintu masuk utama bromo pasti akan jauh sekali. Akhirnya kita masuk lewat nongkojajar.
Sebelumnya kita udah curiga sama jalur ini karena sepi sekali. Dan akhirnya kita nyasar! Di tengah kegelapan malam yang berkabut dan tidak ada orang sama sekali kita jadi sedikit panik. Jalan pun mulai tidak mulus lagi. Keadaan mulai mencekam, bagian bawah mobil terus terbentur bebatuan. Si Forny masih tertidur pulas. Sang supir yang biasanya adem-adem aja juga mulai panik.
Tetapi pada akhirnya kami menemukan plang Taman Nasional Bromo tengger semeru.
Beruntung kami masih menemukan jalur yang tepat dan sampai di checkpoint tosari. Disini kami menyewa jeep untuk turun ke bromo. Lumayan mahal sekali kalau menurut saya, 350 ribu untuk ke pananjakan dan kawah bromo. Untuk ke padang savana dan pasir berbisik harus nambah 150 ribu.
Kalau anda sedikit jantungan lebih baik tidur saja pas perjalanan ke pananjakan. Supirnya edan! Dengan jarak pandang sekitar 1 meter di dalam kabut dia masih bisa ngebut. Saya akui si fajri kalah edannya dengan supir jeep 4WD ini.
Sampai di pananjakan keadaan udah rame banget. Dan udara di sana bisa bikin ingus anda jadi beku. Dingin banget! Banyak yang menyewakan jaket disana. Tapi saya cuma membeli sebuah syal 10 ribu yang ada tulisan bromo-nya. Yang wajib disini adalah syal dan sarung tangan. Jaket ga perlu tebel2, cuma sebentar kok dinginnya.
Ternyata kami belum diizinkan untuk melihat matahari terbit di viewpoint pananjakan. Kabut terlalu tebal, penonton pun kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, kita tidak bisa menyalahkan alam. Salahkan diri kita sendiri kenapa datang pas musim hujan :hammer:
Biasanya dari pananjakan orang akan langsung menuju kawah bromo. Tetapi karena pasti ramai, jadi saya meminta si supir edan buat ke padang savana terlebih dahulu. Setelah melewati jalur turun ke lautan pasir, saya baru tahu kenapa kita harus memakai jeep. Pertama adalah jalan yang sangat parah kondisinya, lalu tanjakan yang mirinnya bisa sampe 60 derajat. Kalau maksain kijangnnya si fajri masuk kesini pasti udah masuk ke jurang. :lol:
Maaf narsis sedikit hehehe, ini di sekitar padang savana. Kalau lurus lagi kita bisa ke ranupane, basecamp pertama kalau mau naik semeru. Orang yang di tengah di foto bawah ini adalah si supir jeep edan.
Setelah berfoto-foto di padang savana kita lanjut ke tempat syutingnya pasir berbisik. Ada apa disini? ya cuma pasir, tapi emang view disini adalah view yang tidak bisa kita lihat setiap hari. So, ayo foto-foto lagi!
Pernah ada yang naik gunung bawa laptop? hahaha jadi ceritanya SD card saya yang 4 Gb hilang, cuma tinggal yang 1 Gb. Akhirnya saya nyuruh si agus buat bawa laptopnya dengan ancaman 1 GB cuma bisa muat 100 foto (RAW tapi hihi), dia pun menurut dan kali ini saya yang tersenyum culas.
Perjalanan selanjutnya kita menuju ke kawah bromo yang tangga-nya banyak bener. Sebenernya kawahnya ga bagus-bagus amat. Sama aja kayak tangkuban perahu. Tetapi yang menarik justru perjalanannya. Pemandangannya sangat luar biasa indah. Subhanallah.
Mau lihat mukanya si forny yang tidur dari bandung sampe bromo? Nih dia tapi hati-hati kalau anda akan merasa sedikit mual sehabis lihat fotonya. :lol:
Setelah itu kami berencana ke air terjun Madakaripura, tetapi karena tenaga dan dana yang sudah tidak mengizinkan. Akhirnya kami menyerah dan akhirnya pulang. Kami pulang lewat pantura karena kapok lewat jalur selatan. Tempat transit kami kali ini adalah rumahnya si forny di Pati.
Yup sekian aja catatan perjalanan saya ke bromo kali ini. Sudah pernah ke bromo? Cobalah sesekali kesana untuk menikmat alam Indonesia yang luar biasa indah. See you on next trip!
0 comments:
Post a Comment